Kehamilan Lewat Waktu
Kehamilan umumnya berlangsung 40
minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah
usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode dimana
terjadi persalinan normal. Kehamilan yag melewati 294 hari atau lebih dari 42
minggu lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan lewat waktu. Angka
kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10% bervariasi antara 3,5%-14%.
Perbedaan yang lebar disebabkan perbedaan dalam menentukan usia kehamilan. Disamping
itu perlu diingat bahwa para ibu sebanyak 10% lupa akan tanggal haid terakhir
disamping sukar menentukan secara tepat ovulasi. Perhitungan usia kehamilan
umumnya memakai rumus Naegele, tetapi selain pengaruh factor di atas masih ada
factor siklus haid dan kesalahan perhitungan. Sebaliknya Boyce mengatakan dapat
terjadi kehamilan lewat waktu yang tidak diketahui akibat masa proliferasi yang
pendek.
Kini dengan adanya pelayanan USG
maka usia kehamilan dapat ditentukan lebih akurat terutama bila dilakukan
pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11 minggu sehingga penyimpangan hanya 1
minggu. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu ialah meningkatnya
resiko kematian dan kesakitan perinatal. Resiko kematian perinatal kehamilan
lewat waktu dapat menjadi 3 kali dibandingkan kehamilan aterm. Di samping itu
ada oula komplikasi yang lebih sering menyertai seperti letak defleksi, posisi
oksiput posterior, distosia bahu dan perdarahan postpartum.
Masalah Perinatal
Fungsi plasenta mencapai
puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun terutama setelah
42 minggu, hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan kadar estriol dan
plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan
kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali. Akibat dari proses penuaan plasenta
maka pemasokan makanan dan oksigen akan menurun di samping adanya spasme arteri
spiralis. Janin akan mengalami pertumbuhan terhambat dan penurunan berat, dalam
hal ini dapat disebut sebagai dismatur. Sirkulasi uteroplasenter akan berkurang
dengan 50% menjadi hanya 250 ml/menit. Jumlah air ketuban yang berkurang
mengakibatkan perubahan abnormal jantung janin. Kematian janin akibat kehamilan
lewat waktu ialah terjadi pada 30% sebelum persalian, 55% dalam persalinan dan
15% post natal. Penyebab utama kematian perinatal ialah hipoksia dan aspirasi
mekonium. Komplikasi yang dapat dialami oleh bayi baru lahir ialah suhu
takstabil, hipoglikemi, polisitemia dan kelainan neurologik.
Diagnosis
Postterm ialah kondisi bayi yang
lehir akibat kehamilan lewat waktu dengan kelainan fisik akibat kekurangan
makanan dan oksigen. Bila kasus telah mengalami insufisiensi yang berat maka
akan lahir bayi dengan kelainan seperti di atas.
Tanda postterm dapat di bagi
dalam 3 stadium :
- Stadium I. Kulit menunjukan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
- Stadium II. Gejala diatas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
- Stadium III. Terdapat pewarnaan kekuningan padakuku, kulit dan tali pusat.
Diagnosis kehamilan lewat waktu
biasanya dari perhitungan rumus Naedele setelah mempertimbangkan siklus haid
dan keadaan klinis. Bila terdapat keraguan, maka pengukuran tinggi fundus uteri
serial dengan sentimeter akan memberikan informasi mengenai usia gestasi lebih
tepat. Keadaan klinis yang mungkin ditemukan ialah : air ketuban yang
berkurang, gerakan janin yang jarang.
Bila telah dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi serial terutama sejak trimester pertama maka hampir dapat
dipastikan usia kehamilan. Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah trimester
III sukar untuk memastikan kehamilan.
Pemeriksaan sitologi vagina
(indeks kariopiknotik >20%) mempunyai sensitifitas 75% dan tes tanpa tekanan
degan kardiotokografi mempunyai spesifisitas 100% dalam menentukan adanya
disfungsi janin plasenta atau postterm. Perlu diingat bahwa kematangan serviks
tidak dapat dipakai untuk menentuka usia gestasi.
Penilaian Keadaan Janin dan Penanganan Persalinan
Yang
terpenting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan keadaan janin
karena keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Dengan sikap
konservatif resiko kematian perinatal berkisar dari 0-22‰.
Penentuan keadaan janin ialah
dengan cara berikut.
- Tes tanpa tekanan (non stress test). Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang positif, meskipun sensitifitas relative rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan keadaan postmatur.
- Gerakan janin. Gerakan jani dapat ditentukan secara subyektif (normal rata-rata 7kali/20 menit) atau secara obyektuf dengan tokografi (normal rata-rata 10kali/20 menit). Gerakan janin dapat pula ditentukan pada pemeriksaan ultrasonografi. Dengan menentukan nilai biofisik maka keadaan janin dapat dipastikan lebih baik. Penilaianbanyaknya air ketuban secara kuantitatif dengan USG (normal > 1cm/bidang) memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata oligohidram-nion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.
- Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami resiko 33% asfiksia.
Keadaan yang mendukung bahwa
janin masih baik memungkinkan untuk mengambil keputusan:
- menunda 1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari lagi
- melakukan induksi parus.
0 komentar:
Posting Komentar